Kamis, 24 Februari 2022

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ALLAH

 

BAB 2

KOMPETENSI DASAR

·         Mahasiswa mengetahui batas pengertian dan posisi Allah sebagai Khalik

·         Mahasiswa mengetahui tentang konsep sunnatullah.

·         Mahasiswa mengetahui tentang posisi manusia diantara makhluk Allah lainnya.

·         Mahasiswa mengetahui batasan pengertian kalifatan fil ardh.

A.    Kemegahan Alam Ciptaan Allah SWT

Sumber. https://www.google.sketsa.kaligrafi.al-khalid

Manusia diciptakan Allah dalam keadaan unik dan beragam sebagai penghuni bumi terbanyak jumlanya. Seberapa banyak jumlah manusia Allah menciptakan manusia dengan beragam, tidak ada individu yang sama sekalipun saudara kembar siam, Allah memberikan keunikan kedalam setiap individu yang berbeda.

Dalam Qs. Surat An-Nisaa, (4):1) dan Qs Huud, (11):61 isinya berupa penegasan bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah.  Allah menciptakan manusia dari tanah (saripati), bumi, dan kemudian dijadikan manusia pengisi bumi.

Manusia tinggal ditempat yang berbeda-beda diseluruh permukaan bumi.Betapa luasnya bumi hanyalah satu planet yang berpenghuni yang kecil dibandingkan dengan planet-planet lain. Allah sebagai khalik yang menciptakan alam semesta sudah terbukti ciptaannya, manusia harus meyakini bahwa satu-satunya tuhan yang maha pencipta hanyalah Allah SWT.

B.     Konsep Sunnatullah

Sunnatullah adalah ketentuan Allah, kepatian Allah. Dalam bahasa lain, sunnatullah juga disebut dengan hukum alam, yakni hukum yang ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam semesta yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Hukum ini juga disebabkan sikap dan perbuatan mereka terhadap syariat Allah dan risalah para nabi yang melahir kan ketetapan-ketetapan Allah atas mereka di dunia dan di akhirat.

Di dalam salah satu ayat Alquran, kita bisa merasakan bagaimana sunatullah itu bekerja. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا  "Setelah ada kesulitan, pasti ada kemudahan," (QS al-Insyirah: 5- 6).

Melalui ayat ini, bisa dipahami bahwa sunnatullah merupakan ketentuan Allah yang tidak terjadi secara kebetulan, bukan suatu keajaiban, melainkan memiliki kekuatan yang mutlak. Kebenaran ayat ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari bahwa sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

Ketika manusia sedang ditempatkan pada posisi sulit, pasti ada jalan kemudahan yang datang baginya. Entah dari mana dan dengan cara apa, kemudahan itu pasti ada. Itulah yang dinamakan sunnatullah.

C.     Posisi Manusia di Antara Makhluk Ciptaan Allah SWT.

Semua ciptaan Allah disebut makhluk, sedangkan Allah sebagai pencipta disebut Khalik. Semua makhluk Allah harus mengikuti ketentuan Allah. Manusia adalah makhluk yang berbeda dengan makhluk lain, diberi pilihan oleh Allah yaitu jalan yang lurus (shiraathal mustaqiim) atau memilih jalan lain (jalan yang sesat).

Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, karena manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah yaitu turab ( tanah ), tanah kering ( thin ), dan lain-lain. Tentunya hal ini menunjukan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam bahan yang ada di dalam tanah menurut Al-Mu'minun 12-16 . Manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah SWT, akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.

Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Salah satu kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas, mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain ada pada surat al-Isra ayat 70. 

Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.

D.    Manusia Sebagai Khalifatan fill Ardh

Segala yang ada didalam bumi diperuntukan untuk manusia. Sejak awak penciptaNya, manusia dijadikan sebagai khalifah dibumi. Oleh karena itu, Allah memberikan tanggungjawab kepada manusia manusia, tanggungjawab yang tidak bisa dipikul oleh makhluk lain yaitu sebagai khalifah dibumi.

Makna khalifah fil ardh adalah menjadi agen perbaikan moral. kehadiran para Rasul di dunia ini semata-mata untuk melakukan perbaikan moral. Rasulullah Muhammad saw bersabda: inni buistu liutammima makarimal akhlaq (sesungguhnya kedatanganku semata-mata untuk memperbaiki moral manusia).

Perbaikan moral hendaknya dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan menata pikiran, hati dan seksualitas (syahwat) sehingga semua terkontrol dengan baik. Tujuannya, menjadi manusia yang berguna, bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bagi keluarga dan masyarakat luas. Kemudian, menata kehidupan keluarga, dan selanjutnya menata kehidupan masyarakat dan bangsa sehingga pada gilirannya tercipta masyarakat yang adil, makmur dan berkeadaban yang dalam Al-Qur’an disebut بَلۡدَةٞ طَيِّبَةٞ وَرَبٌّ غَفُورٞ   (Q.S. Saba’,  34:15). 

Dalam konteks individual, tugas khalifah, antara lain mampu mengelola pikiran agar selalu berfikir positif, tidak berfikir negatif dan terjauhkan dari semua perbuatan zalim yang mencederai sesama. Mengelola hati atau qalbu agar selalu berprasangka baik kepada sesama manusia, selalu peduli dan punya rasa empati kemanusiaan sehingga ringan tangan menolong, terutama terhadap kelompok yang teraniaya, tertindas dan marjinal. Mengelola syahwat dan organ-organ seksual agar mampu menghindarkan diri dari perbuatan keji dan tercela, seperti zina, perkosaan, pelacuran, incest, pedofili, pelecehan seksual, serta semua bentuk hubungan seksual yang tidak terpuji. Bahkan, demi menjaga kesehatan reproduksi, remaja perempuan harus dilindungi dari perkawinan anak, praktek sunat dan kehamilan yang tak diinginkan.

 

Daftar Pustaka

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrafindo Persada.

Berita Hari Ini. 2021. “Pengertian Sunnatullah lengkap dengan Sifat dan Karakteristiknya”. Teradapat pada https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-sunnatullah-lengkap-dengan-sifat-dan-karakteristiknya-1waEoCV6wha/3. Diakses tanggal 25 Februari 2022.

Pratama, Wahyu. 2021. “Kedudukan Manusia Dalam Islam”. Terdapat pada https://www.kompasiana.com/wahyuwp21/5d123f71097f366f7d09b302/kedudukan-manusia-dalam-islam. Diakses tanggal 25 Februari 2022.

_ _. 2021. “Manusia sebagai Khalifah fil Ardh”. Terdapat pada https://muslimahreformis.org/beranda/implementasi_tauhid/manusia-sebagai-khalifah-fil-ardh/#:~:text=Manusia%20adalah%20makhluk%20Tuhan%20yang,(rahmatan%20lil'%C3%A2lam%C3%AEn). Diakses tanggal 25 Februari 2021.

 

 

 

Kamis, 17 Februari 2022

1 PENDAHULUAN

KOMPETENSI DASAR

Ø   Mahasiswa memahami batasan pengertian kebenaran-kebenaran mutlak dan kebenaran sementara

Ø   Mahasiswa memahami tentang keterbatasan ilmu pengetahuan.

Ø   Mahasiswa memahami tentang proses berpikir ilmiah.

Ø   Mahasiswa memahami proses berkeimanan.

A. Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara

Kebeneranan terdapat 2 jenis yaitu kebenaran mutlak dan kebenaran sementara. Kebenaran mutlak adalah sesuatu yang mutlak, tetap, tidak berubah, qath'i, pasti, dianggap terlalu mapan, statis, tidak sejalan dengan kebutuhan zaman. Kebenaran sementara merupakan kebenaran yang bersifat sementara dan tidak abadi atau bisa dibilang kebenaran yang dapat disalahkan dan dapat juga diganti.

Menimbang nilai-nilai kebenaran, dalam Islam mengenal tingkat proses pemahamannya. Pertama ada yang disebut ilmul yaqiin yaitu kebenaran yang didukung ilmu pengetahuan, kedua ainul yaqiin yaitu kebenaran yang dilengkapi dengan hasil suatu sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaandan yang ketiga haqqul yaqiin yaitu kebenaran tingkat tertinggi yang dibarengi dengan kepasrahan atas pemilik kebenaran yang mutlak.

Allah sudah menentukan kebenaranan dengan berbagai hukum yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh manusia. Jika segala hukum Allah tidak ada yang mutlak kebenaranya, maka akan terjadi kekacauan yang sangat besar.

B. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

Keterbatasn ilmu pengetahuan adalah ketetapan Allah yang tidak bisa dirubah. Ilmu Allah adalah ilmu bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang memiliki keinginan, semangat yang tinggi dan istiqomah.

Dalam peristiwa Nabi Adam dengan iblis dan malaikat adalah pengetahuan tentang semua isi alam. Allah menyiapkan nabi Adam dan keturunannya sebagai makhluk yang unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya karena manusia telah dipercayai menjadi khalifah di atas bumi. Hanya manusia yang diberi kekampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Melalui penelitian manusia sudah mengembangkan bidang-bidang ilmu pengetahuan. Begitu banyak ketidak sempurnaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dirasakan oleh manusia ketika mencapai batas kemampuannya, baik itu secara fisik maupun secara berpikir. Manusia bebas untuk melakukan penelitian dan percobaan, tetapi ada batasan-batasan aturan tertentu yang harus dipatuhi. Diantaranya batasn etika keilmua dan terutama nilai keimanan.

C.  Proses Berpikir Ilmiah


Berpikir ilmiah yaitu proses berifikir atau aktivitas seseorang untuk menemukan atau memperoleh pengetahuan. Ketika Carles Darwis mengemukakan teorinya tentang The Universey yang membahas tentang evolusi bentuk tubuh manusia yang berasal dari sejenis binatang primata. Karena Darwin tidak bisa menunjukan bukti pemikiran dan penelitiannya teori ini ditolak oleh banyak ilmuan pada waktu itu. Pada tahun 2000 Harya Yahya menulis buku yang menunjukan bukti-bukti ilmiah kesalahan dari teori Darwis. Dalam Al-Quran, memang telah termaktub secara tersurat maupun tersirat tenang aneka kondisi alam yang kemudian menjadi sejenis temuan para peneliti.

Proses berpikir ilmiah didahului oleh bentuk keraguan dan kemudian melakukan kegiatan untuk mencari jawaban dari keingintahuan dari keraguan itu. Sementara itu, proses berpikri ilmiah berbeda dengan berkeimanan, yang didasari harus menerima apa yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.

D. Proses Berkeimanan

Keimanan harus didahului dengan keyakinan-keyakinan tertentu. Seseorang yang beriman kepada Allah tidak perlu pembuktiaan dari sumber pengetahuan yang diperoleh dari obeservasi atau percobaan. Ketidakmungkinan membuktikan adanya Allah secara fisik, tidak akan berarti akan menghilangkan keimanan seseorang. Penelitian manusia tentang keberadaan Tuhan bisa dibuktikan dengan cara mencari tahu tanda kebesaran Tuhan yang sangat empiris.

Dalam sebuah proses berkeimanan seseorang harus banyak menggunakan bentuk pembuktian. Karena pembuktian dan petunjuk sudah disediakan oleh Allah yang menguasai kebenaran dalam bentuk kitab suci Al-Quran.

 

Daftar Pustaka

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajaran Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrafindo Persada.

https://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_empiris

https://plus.kapanlagi.com/50-kata-kata-mutiara-islami-penuh-makna-dan-menyejukkan-hati-mempertebal-keimanan-8ad322.html

ANALISIS PERMAINAN DAN KEBUTUHAN FISIK

 A. Analisis Permainan Permainan bulutangkis adalah permainan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, memukul shutllecock menggunakan raket ...