Selasa, 31 Mei 2022

BAB 8 MANUSIA MAHLUK BUDAYA

 

https://www.inews.id/news/nasional/hasil-kebudayaan-zaman-mesolitikum-karakteristik-dan-manusia-pendukungnya

A.      Telah Terjadi Kerusakan di Darat dan di Laut Karena Ulah Manusia

Begitu banyak tanda keberhasilan manusia masa lalu di Dunia yang memungkinkan menjadi bahan pembelajaran bagi manusia-manusia setelahnya. Allah swt selalu menantang manusia untuk melakukan perjalanan terutama mempelajari kejadian-kejadian yang terkait dengan peristiwa masa lalu yang telah digambarkan di dalam isi ayat-ayat Al-Quran.

Allah swt memerintahkan manusia untuk memeriksa apa yang pernah dicapai dan dialami oleh masyarakat masa lalu, lebih khusus berkaitan dengan bukti-bukti akibat pembangkangan. Azab Allah swt ditimpakan kepada masyarakat masa lalu yang tidak mau mengikuti aturan Allah swt, bahkan menantang kepastian Allah swt karena kesombongan mereka.

Empat perintah pada ayat-ayat di atas terkait dengan perjalanan dan penelitian tentang manusia-manusia masa lalu dengan berbagai tinggalan yang merupakan bukti yang menyertai akibat atau kesudahan mereka. Pada ayat yang terakhir Allah swt memerintah manusia (khususnya ummat Muslim) untuk memeriksa hal-hal yang terkait dengan proses penciptaan manusia (sebagai pengalaman empiris ilmiah), bahkan tentang akhir penciptaan (sebagai berita).

Allah SWT juga melengkapi berita tentang manusia dan hasil perilakunya dengan
pernyataan yang sekaligus peringatan langsung bagi manusia pada masanya. Ayat yang kemudian sangat populer karena kerap digunakan sebagai bahan bahasan, tetapi belum menjadi pedoman yang mengarahkan manusia agar tidak berlaku seperti yang menjadi inti peringatan Allah swt. Manusia masih lebih banyak mengunggulkan hawa nafsunya, sehingga manusia terus-menerus melihat dan sekaligus mengalami bukti nyata apa yang menjadi isi peringatan Allah swt.

B.      Bukti-bukti Ilmiah tentang Kemahakuasaan Allah swt

Satu demi satu bukti ilmiah tentang ketetapan Allah swt terungkap. Banyak peneliti yang merasa pensaran dengan apa yang telah diungkap oleh Allah swt di dalam AlQuran. Satu contoh , cerita tentang teori Big Bang, yang telah diceritakan oleh Allah swt sejak empat belas abad yang lalu. Menurut para ahli astrofisika, asal mula adanya alam semesta yang dikenal dalam teori big bang dinyatakan: pada mulanya alam semesta berbentuk satu massa yang besar (nebula primer) kemudian terjadi big bang (ledakan pemisah sekunder) yang mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lain sebagainya. Teori yang dianggap memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat tentang penciptaan alam semesta karena didukung oleh metode ilmiah beserta observasi yang dilakukan oleh para astronom dan astrofisika selama beberapa dekade, sesungguhnya telah lebih dahulu dijelaskan oleh Pencipta alam yaitu Allah swt dalam surat Al-Anbiyaa, 21: 30.

DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrapindo Persada

Selasa, 24 Mei 2022

BAB 7 MANUSIA MAHLUK PENELITI



1.      Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian

Penelitian dimulai dengan meneliti mempelajari sesuatu yang paling dekat dengan diri manusia, yaitu tentang manusia dan bagaimana Allah menciptakan manusia. Perintah membaca (iqra) telah disampaikan oleh Allah kepada calon Nabi. Allah memberitahu dalam ayat Al-Quran tentang konsep penciptaan manusia yang artinya “Manusia diciptakan dari segumpal darah”, yang memang harus memerlukan penelitain lebih dalam lagi. . Itulah dasar penelitian yang utama.
Kekuasaan Allah yang tampak di alam pengenalannya berawal dari apa yang bisa diindera oleh manusia karena posisinya jelas dan lebih dekat dengan manusia. Penelitian bisa berlanjut dengan hal-hal yang lebih jauh dari dirinya, tentang hal amat besar maupun amat kecil.

Surat Al-‘Alaq, 96: 01-05, diketahui sebagai wahyu yang pertama diterima oleh Nabi Muhammad SAW.

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

Yang mengajar (manusia) dengan pena.

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

Mulai penelitian kepada yang dekat yaitu diri sendiri. Dalam hadist Nabi “Man’arafanafsahu’arafa Rabbahu” Artinya Barang siapa mengenal tentang konsisi dirinya maka akan lebih mudah mengenal Tuhannya.

2.      Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah

Surat Al-Alaq adalah wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Pada ayat kelima Allah memberikan kepastian tentang pengetahuan yang didapatkan orang yang mau melakukan pngetahuan. “’Allama
al-insaana ma lam ya’lam” (Allah akan memberi pengetahuan kepada manusia tentang segala yang tidak diketahuinya). Sejalan dengan janji Allah tentang derajat orang yang memiliki ilmu akan lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki ilmu, dan sudah terbukti juga.

3.      Kewajiban Menerapkan Pendekatan Islami dalam Kegiatan Ilmiah

Al-Quran adalah sumber acuan yang kebenarannya mutlak, tidak
perlu diuji ulang, tidak perlu dipertanyakan. Semua isi Al-Quran telah mendapat jaminan dari Allah, Pencipta dan Pemelihara Alam serta segala isinya, tentang kebenarannya yang mutlak.

Isi Al-Quran mencakup segala segi ilmu pengetahuan yang akan dan telah ditemukan oleh manusia. Penemuan-penemuan masa kini telah tercatat lebih awal dalam kandungan AlQuran. Ilmu fisika yang mempertanyakan alam dan isinya, telah bagitu jelas tercatat dalam Al-Quran bagaimana Allah mengatur semua benda alam itu dengan posisi dan kelengkapan aturan-Nya. Ketika penemuan itu datang dari ilmu Barat, orang Islam seolah begitu yakin tentang kebenarannya. Padahal hal itu di dalam Al-Quran telah termaktub, tinggal ummat Islam mau kembali memperdalam pemahaman isi Al-Quran secara lengkap.

Lahirnya ilmu-ilmu duniawi yang hebat ada pada tuntunan dan sekaligus tuntutan yang telah diceritakan di dalam isi Al-Quran. Allah swt sengaja meninggalkan sejumlah bukti yang berkaitan dengan manusia masa lalu, yang pernah disebutkan lebih kuat dan lebih pintar. Seperti pernah disinggung, sejumlah tinggalan budaya fisik yang membuka mata manusia masa setelahnya, sengaja Allah swt jaga agar masih bisa diteliti dan ditemukan data-data tentangnya. Begitupun kondisi alam yang empat belas abad yang lalu diceritakan dalam isi Al-Quran. Boleh jadi ketika Allah swt menceritakan dua samudera dengan kondisi air yang berbeda rasa, bertemu dalam satu kawasan, masing-masing membawa sifat sendiri-sendiri, tidak mau bercampur, belum bisa menyentuh rasa takjub manusia. Tetapi kini, setelah empat belas abad orang Islam tahu tentang hal itu, baru belakangan ini bisa lebih yakin dengan fakta nyata tentangnya. Samudera berair tawan dan asin yang menawan itu, kin telah menjadi destinasi wisata yang sangat menarik. Begitupun tentang sungai di dalam lautan, gunung aktif di dalam lautan, maupun hal lain yang di luar nalar manusia dengan ilmu pengeatahuannya.

4.      Tuntuan Allah dalam Wahyu Pertama

Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah swt. Sumber segala ilmu adalah yang Mahatahu, Allah swt pemilik segala ilmu pengetahuan. Allah swt menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja. Ilmu Allah swt yang tidak diberikan pengetahuannya kepada manusia masih Mahaluas. Oleh karena itu, pada dasarnya, setiap ilmu lahir secara Islami. Tidak ada ilmu yang sekuler. Tidak ada sistem ilmu yang mengarah kepada kekufuran. Allah swt tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan sisi keimanannya. Sama seperti hak mendapatkan rezeki, Allah swt memberikan rezeki dan ilmu kepada semua manusia tanpa kecuali. Kata kunci terkait dengan kesempatn menguasai rezeki dan ilmu adalah mau mengelola dan berusaha mengolah rezeki dan ilmu tersebut. Yang menyebabkan ilmu “tampak” tidak Islami adalah karena sikap para ‘alim, para pengelola ilmu, para ilmuwan, yang memanfaatkan ilmu di luar jalur keridhoan Allah swt.

5.      Perlukah Islamisasi Sains?

Ilmu Allah adalah ilmu yang Islami. Semua hasil olahan ilmu Allah, pada awal
pengolahan dan hasilnya, mengusung sifat Islami. Tetapi, pemanfaatan hasil olahannya yang kerap menyimpang dari sifat utama ilmu Allah, karena perilaku manusia penggunanya. Tak ada sesuatu yang dihalangi oleh Allah dalam penggunaannya, oleh siapa pun ilmu itu dikelola. Bidang-bidang ilmu yang selama ini dianggap sebagai ilmu sesat, pada dasarnya adalah ilmu Allah juga yang disediakan sebagai penyeimbang dan cobaan bagi manusia. Allah memberi izin penemuan dan penggunaan nuklir. Proses penemuan nuklir, ilmu tentang nuklir, konsep asasi sifat nuklir, ada dalam tatanan ilmu Allah (sunnatullah) yang Islami. Para pengguna yang kemudian menyelewengkan fungsinya untuk kegiatan yang bertentangan dengan sifat asasi kebermanfaatan dan kemaslahatan ilmu Allah. Dan, Allah mengizinkan kondisi tersebut. Begitupun ilmu-ilmu lain yang mendasari perilaku zhalim manusia, bahkan kemudian kerap melibatkan mahluk Allah yang lain, yaitu sebangsa Jin, adalah ilmu Allah yang posisinya sama dengan keberadaan nuklir. Bahan nuklir dan ilmu kezhaliman tadi, sangat kental terkait
dengan perilaku manusia sebagai pengguna ilmu. Bangsa jin, misalnya, sekalipun diberi kesempatan bisa mengelola ilmu tersebut, tetap memerlukan manusia sebagai katalisator kezhaliman. Antarjin, tampaknya, tidak pernah ada berita pertentangan. Tetapi antarmanusia, pertentangan kerap terjadi dan bahkan dibantu oleh bangsa jin

DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrapindo Persada

Kementrian Agama Republik Indonesia. QS. Al-Alaq (Segumpal darah). Terdapat pada https://www.merdeka.com/quran/al-alaq. Diakses Tanggal 24 Mei 2022.

Selasa, 17 Mei 2022

BAB 6 MANUSIA MAHLUK BELAJAR

A.    Manusia Mahluk Belajar

Selama manusia hidup maka disitulah waktu manusia belajar. Kemudia manusia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap adalah hasil proses belajar manusia-manusia dan manusia dengan lingkungan. Dalam hadist Nabi SAW mengingatkan kita selaku umatnya “Semua yang lahir berada dalam kondisi fitrah, orangtuanyalah yang meyahudikan, menasranikan, ataupun memajusikannya”. Konsep Islam sangat memperhatikan pendidikan dan lingkungan.

Kemampuan akal menyebabkan mausia bisa mengubah kondisi dirinya, memperbaiki dirinya. Hal itu sejalan dengan peringatan Allah Q.S. Ar-Ra’d, 13: 11).

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ ۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَالَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ ﴿الرعد : ۱۱﴾
Artinya : Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’d: 11)

Sebagai bekal yang disiapkan untuk menjalani peran sebagai mahluk belajar, Allah swt telah melengkapi kemampuan manusia untuk bisa memahami dan mengelola memori tentang nama-nama yang terkait dengan seluruh benda yang ada di lingkungannya. Kemampuan menyimpan memori kosa kata itu, yang pada awal penciptaan manusia, adalah sebagai bukti bahwa Allah swt telah menyiapkan kelebihan bagi manusia, yaitu kelebihan kemampuan yang tidak dimiliki oleh malaikat maupun iblis. Kelebihan kemampuan itu menjadi modal perilaku meniru dan meniru. Bukti tentang hal itu bisa kita lihat secara nyata di lingkungan manusia masa kini. Betapa perilaku buruk bisa cepat tersiar sebagai bentuk tiruan kegiatan yang menyebar bersama informasi media massa. Kejadian satu seakan-akan berkelindan dengan kejadian lainnya yang hampir sama, sekalipun berlangsung di tempat lain, bahkan di tempat yang sangat jauh lokasinya. Pembelajaran meniru, sebagai sunnatullah yang menjadi ciri manusia, bisa dimanfaatkan secara positif sebagai modal kekayaan potensi pengembangan diri bagi manusia.

B.      Konsep Pendidikan yang Islami

Ada 3 hal yang akan dibawa setelah manusia meninggalkan dunia. Nabi Muhammad SAW bersabda: ““Ketika telah sampai ajal kepada semua manusia, terputuslah semua ikatan amal dunia, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah; ilmu yang bermanfaat; atau anak shalih yang mendo’akan kedua orang tuanya”

Untuk menjadi anak shalih, untuk membina anak supaya
menjadi shalih, ternyata perlu ilmu, perlu pengetahuan yang luas tentangnya. Tentu,
ilmu yang luas akan bisa didapat melalui kegiatan mencari ilmu, melalui kegiatan
belajar. Hasil pencarian yang berupa ilmu bisa menjadi ladang amal yang masih akan mengalirkan pahala kepada pengolahnya, jika ilmu itu diamalkan, ditiru-terapkan kepada orang lain, dibagikan dalam bentuk amal pembelajaran, diturunkan kepada generasi pelanjut, dan amal-amal lain sejenisnya. Seperti “bisnis MLM” hasil pengamalan ilmu akan menumbuhkan dampak berjenjang dari pengamal pertama, pengamal kedua, pengamal ketiga, dan seterusnya, yang semua jaringan itu masih akantetap terkait menghasilkan aliran pengaruh bolak-balik melalui rangkai jaringan yang pernah dibangun. Bahkan melalui percabangan jaringan baru yang bisa muncul dari jaringan utama. Sementara itu, shadaqah jariah, selama ini hanya dipandang sebagaibentuk pemberian berupa harta. Padahal, kategori shadaqah bisa juga berupa shadaqah ilmu.

Konsep pendidikan yang Islami di antaranya terkait dengan penyadaran tentang tiga
hal tadi. Sejak kecil, bahkan sejak di dalam kandungan, atau lebih jauh daripada kondisi tadi, penyiapan anak sebagai generasi penerus harus dibangun sejak masa pencarian calon pendamping hidup untuk membangun keluarga. Siapa calon pendamping yang akan dipilih. Dalam konsep kehidupan Islam ada empat kriteria yang bisa dipilih sebagai awal penentuan calon pendamping: indikator harta, keturunan, kecantikan, dan keislaman --penekanan kepada indikator yang keempat (masalah agama, keislaman) menjadi yang diutamakan oleh Nabi Muhammad saw. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

Di dalam Islam, kegamaan menjadi sangat penting sebagai patokan pemilihan calon
pendamping. Nilai ketaatan dalam menjalankan agama akan menjadi kunci
keberuntungan dalam membina keluarga. Islam tidak menafikan hal lain selain masalah agama. Tetapi, melalui kondisi awal yang diwarnai ketaatan dalam menjalankan perintah agama, hal-hal lain yang akan dicari bisa ditemukan baik secara fisik maupun (terutama) secara batin. Dan, masalah calon ibu, perempuan, menjadi bahasan penting dalam konsep Islam. Ada sejumlah temuan masa kini yang menunjukkan bahwa ibu menjadi faktor penting dalam banyak hal tentang anak, salah satunya terkait dengan masalah IQ.

C.    Kewajiban Belajar bagi Muslimin dan Muslima

“Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu
merupakan suatu kewajiban (fariidhah) bagi muslimin dan muslimat”.

Mencari ilmu secara umum, berdasarkan kandungan hadits tersebut, tentu, fardhu ain. Teapi sesuai dengan kemampuan masing-masing manusia, tidak mungkin kewajiban itu mencakup semua jenis ilmu. Artinya, semua msulimin dan muslimat, secara terbatas, hanya mungkin mempu menguasai jenis-jenis ilmu tertentu saja. Dalam salah satu ayat, Allah swt telah menegaskan: “Tidak aku berikan ilmu itu kepadamu melainkan serba sedikit”. Sekalipun ayat ini berkaitan dengan penjelasan ilmu (pengetahuan) tentang ruh, tetapi banyak ulama menghubungkannya dengan ilmu-ilmu yang lain juga

D.    Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat

Kewajiban mencari ilmu tidak mengenal pembatasan waktu. Selama manusia muslim dan muslimat masih (dinyatakan) hidup, kewajiban aini mencari ilmu itu masih tetap menempel. Mencari ilmu, pasti, tidak harus ditafsirkan dalam kondisi pencarian di lingkungan formal : sekolah, pesantren, ma’had, dan sejenisnya. Tantangan Allah untuk seluruh manusia, agar selalu memperhatikan alam, mempelajari kejadian yang ada di alam, adalah bentuk lahan dan proses kegiatan mencari ilmu juga. Allah menantang manusia lewat segala tanda kebesarannya di alam, supaya dipelajari oleh manusia, untuk menambah nilai keimanan manusia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW, empat belas abad yang lalu, telah mencanangkan proses belajar sepanjang hidup. Perhatikan hadits Nabi saw: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Kondisikan kegiatan pencarian ilmu itu sejak masa buaian hingga menjelang masuk liang lahad”. Para ahli pendidikan Barat, baru mengangkat permasalahan ini pada abad ke sembilan belas, dengan sebutan the longlife education. Dan, kekeliruan yang sering dilakukan oleh ummat Islam adalah mengekor apapun yang datang dari hasil olah pikir masyarakat ilmiah Barat, “sekalipun harus masuk ke dalam lubang biawak” (inti hadits Nabi yang mengingatkan tentang taqlidnya sebagian ummat Islam dengan hasil pemikiran non-muslim).

E.     Konsep Hidayah

Dalam Dinul Islam pengertian hidayah adalah petunjuk yang datang dari Allah. Seperti telah diuraikan, hidayah adalah nikmat yang dianugerahkan oleh Allah hanya kepada ma-nusia tertentu. Tidak semua manusia bisa mendapatkan hidayah. Penganugerahan hidayah ini adalah hak prerogatif Allah. Nabi Muhammad yang menjadi kekasih Allah, sama se-kali tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa Allah menganugerahkan hidayahNya kepada Abu Thalib pada saat menjelang ajal. Bahkan, Allah memperingatkan NabiNya dengan firman yang menegaskan bahwa “Nabi tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang dicintainya, karena petunjuk itu hanyalah hak Allah semata”.

DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrapindo Persada

Bayan.id. 2018. “Surat Ar-Ra’d Ayat 11 (13:11). Terdapat pada https://www.bayan.id/quran/13-11/.  Diakses tanggal 17 Mei 2022

ANALISIS PERMAINAN DAN KEBUTUHAN FISIK

 A. Analisis Permainan Permainan bulutangkis adalah permainan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, memukul shutllecock menggunakan raket ...