Selasa, 24 Mei 2022

BAB 7 MANUSIA MAHLUK PENELITI



1.      Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian

Penelitian dimulai dengan meneliti mempelajari sesuatu yang paling dekat dengan diri manusia, yaitu tentang manusia dan bagaimana Allah menciptakan manusia. Perintah membaca (iqra) telah disampaikan oleh Allah kepada calon Nabi. Allah memberitahu dalam ayat Al-Quran tentang konsep penciptaan manusia yang artinya “Manusia diciptakan dari segumpal darah”, yang memang harus memerlukan penelitain lebih dalam lagi. . Itulah dasar penelitian yang utama.
Kekuasaan Allah yang tampak di alam pengenalannya berawal dari apa yang bisa diindera oleh manusia karena posisinya jelas dan lebih dekat dengan manusia. Penelitian bisa berlanjut dengan hal-hal yang lebih jauh dari dirinya, tentang hal amat besar maupun amat kecil.

Surat Al-‘Alaq, 96: 01-05, diketahui sebagai wahyu yang pertama diterima oleh Nabi Muhammad SAW.

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

Yang mengajar (manusia) dengan pena.

عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

Mulai penelitian kepada yang dekat yaitu diri sendiri. Dalam hadist Nabi “Man’arafanafsahu’arafa Rabbahu” Artinya Barang siapa mengenal tentang konsisi dirinya maka akan lebih mudah mengenal Tuhannya.

2.      Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah

Surat Al-Alaq adalah wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Pada ayat kelima Allah memberikan kepastian tentang pengetahuan yang didapatkan orang yang mau melakukan pngetahuan. “’Allama
al-insaana ma lam ya’lam” (Allah akan memberi pengetahuan kepada manusia tentang segala yang tidak diketahuinya). Sejalan dengan janji Allah tentang derajat orang yang memiliki ilmu akan lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki ilmu, dan sudah terbukti juga.

3.      Kewajiban Menerapkan Pendekatan Islami dalam Kegiatan Ilmiah

Al-Quran adalah sumber acuan yang kebenarannya mutlak, tidak
perlu diuji ulang, tidak perlu dipertanyakan. Semua isi Al-Quran telah mendapat jaminan dari Allah, Pencipta dan Pemelihara Alam serta segala isinya, tentang kebenarannya yang mutlak.

Isi Al-Quran mencakup segala segi ilmu pengetahuan yang akan dan telah ditemukan oleh manusia. Penemuan-penemuan masa kini telah tercatat lebih awal dalam kandungan AlQuran. Ilmu fisika yang mempertanyakan alam dan isinya, telah bagitu jelas tercatat dalam Al-Quran bagaimana Allah mengatur semua benda alam itu dengan posisi dan kelengkapan aturan-Nya. Ketika penemuan itu datang dari ilmu Barat, orang Islam seolah begitu yakin tentang kebenarannya. Padahal hal itu di dalam Al-Quran telah termaktub, tinggal ummat Islam mau kembali memperdalam pemahaman isi Al-Quran secara lengkap.

Lahirnya ilmu-ilmu duniawi yang hebat ada pada tuntunan dan sekaligus tuntutan yang telah diceritakan di dalam isi Al-Quran. Allah swt sengaja meninggalkan sejumlah bukti yang berkaitan dengan manusia masa lalu, yang pernah disebutkan lebih kuat dan lebih pintar. Seperti pernah disinggung, sejumlah tinggalan budaya fisik yang membuka mata manusia masa setelahnya, sengaja Allah swt jaga agar masih bisa diteliti dan ditemukan data-data tentangnya. Begitupun kondisi alam yang empat belas abad yang lalu diceritakan dalam isi Al-Quran. Boleh jadi ketika Allah swt menceritakan dua samudera dengan kondisi air yang berbeda rasa, bertemu dalam satu kawasan, masing-masing membawa sifat sendiri-sendiri, tidak mau bercampur, belum bisa menyentuh rasa takjub manusia. Tetapi kini, setelah empat belas abad orang Islam tahu tentang hal itu, baru belakangan ini bisa lebih yakin dengan fakta nyata tentangnya. Samudera berair tawan dan asin yang menawan itu, kin telah menjadi destinasi wisata yang sangat menarik. Begitupun tentang sungai di dalam lautan, gunung aktif di dalam lautan, maupun hal lain yang di luar nalar manusia dengan ilmu pengeatahuannya.

4.      Tuntuan Allah dalam Wahyu Pertama

Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah swt. Sumber segala ilmu adalah yang Mahatahu, Allah swt pemilik segala ilmu pengetahuan. Allah swt menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja. Ilmu Allah swt yang tidak diberikan pengetahuannya kepada manusia masih Mahaluas. Oleh karena itu, pada dasarnya, setiap ilmu lahir secara Islami. Tidak ada ilmu yang sekuler. Tidak ada sistem ilmu yang mengarah kepada kekufuran. Allah swt tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan sisi keimanannya. Sama seperti hak mendapatkan rezeki, Allah swt memberikan rezeki dan ilmu kepada semua manusia tanpa kecuali. Kata kunci terkait dengan kesempatn menguasai rezeki dan ilmu adalah mau mengelola dan berusaha mengolah rezeki dan ilmu tersebut. Yang menyebabkan ilmu “tampak” tidak Islami adalah karena sikap para ‘alim, para pengelola ilmu, para ilmuwan, yang memanfaatkan ilmu di luar jalur keridhoan Allah swt.

5.      Perlukah Islamisasi Sains?

Ilmu Allah adalah ilmu yang Islami. Semua hasil olahan ilmu Allah, pada awal
pengolahan dan hasilnya, mengusung sifat Islami. Tetapi, pemanfaatan hasil olahannya yang kerap menyimpang dari sifat utama ilmu Allah, karena perilaku manusia penggunanya. Tak ada sesuatu yang dihalangi oleh Allah dalam penggunaannya, oleh siapa pun ilmu itu dikelola. Bidang-bidang ilmu yang selama ini dianggap sebagai ilmu sesat, pada dasarnya adalah ilmu Allah juga yang disediakan sebagai penyeimbang dan cobaan bagi manusia. Allah memberi izin penemuan dan penggunaan nuklir. Proses penemuan nuklir, ilmu tentang nuklir, konsep asasi sifat nuklir, ada dalam tatanan ilmu Allah (sunnatullah) yang Islami. Para pengguna yang kemudian menyelewengkan fungsinya untuk kegiatan yang bertentangan dengan sifat asasi kebermanfaatan dan kemaslahatan ilmu Allah. Dan, Allah mengizinkan kondisi tersebut. Begitupun ilmu-ilmu lain yang mendasari perilaku zhalim manusia, bahkan kemudian kerap melibatkan mahluk Allah yang lain, yaitu sebangsa Jin, adalah ilmu Allah yang posisinya sama dengan keberadaan nuklir. Bahan nuklir dan ilmu kezhaliman tadi, sangat kental terkait
dengan perilaku manusia sebagai pengguna ilmu. Bangsa jin, misalnya, sekalipun diberi kesempatan bisa mengelola ilmu tersebut, tetap memerlukan manusia sebagai katalisator kezhaliman. Antarjin, tampaknya, tidak pernah ada berita pertentangan. Tetapi antarmanusia, pertentangan kerap terjadi dan bahkan dibantu oleh bangsa jin

DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Depok: RajaGrapindo Persada

Kementrian Agama Republik Indonesia. QS. Al-Alaq (Segumpal darah). Terdapat pada https://www.merdeka.com/quran/al-alaq. Diakses Tanggal 24 Mei 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS PERMAINAN DAN KEBUTUHAN FISIK

 A. Analisis Permainan Permainan bulutangkis adalah permainan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih, memukul shutllecock menggunakan raket ...