BAB 5
A.
Pola
Hubungan Vertika; Makhluk-Khalik
Bentuk pokok manusia beragama adalah penyerahan
diri. Ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia
tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat. Ia berdo'a, bersembahyang,
dan berpuasa sebagai hubungan vertikal dan ia juga berbuat segala sesuatu
kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia, karena ia percaya bahwa semua
itu diperintahkan oleh Zat Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Pemurah.
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu
Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu
`alaihi wa sallam beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau
berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan
menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia. (HR.
At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).
Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan
muslim". (QS. Ali Imran: 102)
B.
Ibadat
Ghair Mahdhah
Nabi Muhammad SAW bersabda ““Antum
a’lamu bi’umuuri dunyaakum”
(“Engkau
lebih tahu tentang urusan keduniaanmu”). Bentuk ibadah ghair mahdhah sudah
diatur dalam bentuk teladan Nabi.Sebagian yang lain, sesuai
dengan hadits Nabi tadi, diserahkan penafsiran bentuk kegiatannya kepada setiap muslim
sesuai kebutuhan lingkungan masing-masing.
Hukum dasar semua
ibadah ghair mahdhah telah diatur dalam Al-Quran, contohnya hukum tentang
ekonomi telah diatur dalam Al-Quran, namun bentuk pelaksanaanya menyesuikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan lingkungan.
Berpakaian dalam konsep
dasar islam adalah menutup aurat. Bentuk tampilan bisa disesuaikan dengan
ketentuan tidak melanggar konsep dasar tersebut. Sama hal nya dengan gaya bangunan
masjid yang beraneka ragam, ada yang bergaya Melayu, China, jazirah Arab, dan
lain sebagainnya.
C.
Hablun
Min-Annas (Hubungan Horizontal Anatar Manusia)
Hablum Min-Annas adalah hubungan dengan
manusia.
Istilah Hablum Mi-Annas tercantum dalam Al-Qur'an
surat Ali Imron: 112
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ
بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا
وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
Mereka diliputi kehinaan di
mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang
benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas."
Hablum minan-nas bermakna perjanjian dari kaum Mukminin dalam
bentuk jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum
Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam dari
kalangan minoritas non-Muslim. (Tafsir At-Thabari , Tafsir Al-Baghawi , dan
Tafsir Ibnu Katsir).
D.
Bisnis
Islam
Dalam Al-Quran Allah telah memberi tantangan
kepada manusia dengan berbagai perumpamaan aneka kebaikan hanya bila kebaikan
itu hanya ditunjukan untuk mendapat ridho Allah SWT.
Allah telah membeli jiwa manusia (Q. S.
At-Taubah, 09: 111) dengan jaminan Surga.
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ
وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ
وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ
وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ
بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Sesungguhnya Allah membeli
dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau
terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan
Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah
kemenangan yang agung. (Q.S.
At-Taubah, 09: 111)
Allah juga telah menyediakan pelipatan
kebaikan dengan satu, dua, tiga, tujuh, tujuh
puluh, bahkan tujuh ratus kali lipat kebaikan
lainnya jika ummat berbisnis hanya
mencari keridhoan Allah semata. Bisnis yang
Islami tidak dikotori riba dan bohong.
Semua perilaku bisnis itu didasari kejujuran,
kemaslahatan orang banyak, dan keadilan
sikap. Dan, berbisnis dengan Allah, tentu,
tidak akan menimbulkan rasa ketidakadilan,
ketidakjujuran, kebohongan, dan sejumlah
keburukan bisnis yang kerap dibangun
antarmanusia.
DAFTAR PUSTAKA
Suryana, Jajang. 2018. Buku Ajar Pendidikan
Agama Islam. Depok: RajaGrapindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar